Sabtu, 30 Agustus 2014

Musuh? Oh no ! Sahabat? Its so yes!

Musuh? Oh No!
Hai! Perkenalkan nama ku Angel Margetta biasa dipanggil Getta. Aku memiliki sahabat yang bernama Yunita Larasati biasa dipanggil Laras. Aku dan Laras mempunyai bakat yang sama lho... yaitu melukis. Kami kenal satu sama lain sejak kami masih kecil. Aku dan Laras tinggal di jalan yang sama hanya berbeda blok saja. Aku di blok A sedangkan Laras di blok C. Ada sahabat pasti ada musuh. Musuh kami berdua di sekolah adalah Stella Carnifornia. Dia adalah murid baru yang membenci kami, karena dia tidak senang melihat orang di sekitar nya punya sahabat.

Entah karena hal apa, dia berubah drastis dari sifat nya yang kikir, sombong dan sekarang malah jadi dermawan dan baik hati kepada kami dan orang orang di sekitar kami. Atau karena dia di hukum oleh bu Ani (kepala sekolah) karena ulah nya atau karena hal lain, daripada bengong kita baca cerita ku yuk.. Lets go!

Pagi hari...
Mama... Aku berangkat sekolah ya.. Assalamualaikum” Teriak ku dari luar rumah. “Iya.. Waalaikum salam, hati hati sayang” Jawab mama sedikit berteriak. Sebelum aku pergi menuju kesekolah, aku menghampiri rumah Laras terlebih dahulu. “Assalamualaikum...Laras” Ucap ku dari depan rumah Laras. “Waalaikum salam... Tunggu sebentar ya” Jawab nya dari dalam rumah. Beberaa menit kemudian Laras pun keluar dari dalam rumah nya. “Yuk cabut !!!” Ajak Laras senang. Aku merasa heran. “Kenapa kamu ras?” Tanya ku penasaran. “Eng... Engga kok, engga apa apa, cuman merasa senang aja...” Jawab nya dengan muka memerah.

Sesampai nya di sekolah...
Getta, kok tumben sih ramai?” Tanya Laras kepada ku. 'Entah lah... Yuk kita lihat sama sama” Jawab ku seraya berlari kecil menuju kelas. Saat di kelas. “Gea.. Itu siapa? Seperti nya murid baru” Tanya ku kepada salah satu teman ku di kelas. “Masa kamu ngga tau, dia tuh murid baru pindahan dari sekolah Internasional School... Dia anak orang kaya tapi dia sombong ngga kayak kamu, kamu kan orang kaya tapi kamu baik,,,” Jawab Gea seraya memuji. Muka ku memerah saat Gea bilang seperti tu kepada ku. “Ihh, kamu bisa aja...” Kata ku malu.

Ehhh sini deh kalian... Gue Stella Carnifornia, gue kan baru dari Perancis, dan gue beli kalung ini buat kalian... eitsss salah buat gue maksud nya... Soalnya kalian tuh ngga pantes buat pakai kalung ini, karena kalian rakyat jelata yang sekolah disini karena beasiswa...” Ucap Stella sombong dan berkata kasar.

Upss... Kalau misalnya kami semua sekolah disini karena beasiswa, berarti kami smeua pintar dong... NGGA KAYAK LO YANG SERBA PAKAI UANG!! MIKIR DONG!!!” Kata ku marah. Brak! Meja di banting oleh Stella. “Yee... Bilang aja lo ngga bisa beli kayak gue” Jawab nya. Amarah ku semakin naik karena nya. “Kalau misalnya gue ngga bisa beli berarti gue ngga punya uang, tetapi kenapa gue bisa beli makan? Hah! JAWAB LO BISA NYA ADU MULUT AJA ! LO BELUM TAU KALAU GUE MARAH!!!” Teriak ku sebal. Duk! Pukulan Stella tepat pada muka ku.

Getta, sudah ahh, nanti malah kamu yang di skors” Bisik Laras. Aku pun menuruti omongan Laras, karena aku tidak suka di skors. Dua jam berlalu. Bel istirahat pun berbunyi. Aku dan Laras pun menuruni tangga untuk menuju kantin, karena kelas ku ada di lantai 4 sedangkan kantin ada di lantai bawah. Tetapi baru saja menuruni tangga pertama, ada yang memberi secarik kertas kepada ku.
Dan saat ku lihat dan ku baca surat nya, keringat ku bercucuran dan badan ku seketika dingin. “Kamu kenapa gett?” Tanya Laras. Aku hanya menggeleng kepala. Laras pun tersenyum.

Saat di kantin...
Getta, tadi kamu kenapa sihh? Saat kamu di kasih surat, kenapa badan mu jadi berubah menjadi dingin dan muka kamu pucat, terus keringat mu banyak banget yang bercucuran...” Tanya Laras lagi. Aku menoleh. “Ngga apa apa kok... Paling aku lagi sakit...” Jawab ku singkat. Laras merasa heran. “Ahh sudah lah jangan dipikirkan lagi... Mending kita beli makan, aku sudah lapar nih” Kata ku cepat. Laras menoleh ke arah ku. “Betul juga tuh kamu... Yuk !! Lets go !” Jawab nya.

Bel masuk akhirnya berbunyi.
Laras, aku ke toilet bentar ya...Jagain laptop ku” Ucap ku memohon. Laras mengangguk. Saat di toilet. “Lho kok? Bukan nya toilet yang satu ini rusak? Ahh abaikan, aku sudah ngga tahan lagi menahan nya” Gumam ku dalam hati. Krek! Pintu toilet terkunci.”Ahh lega nya...Lho kok ngga bisa terbuka, TOLONG! TOLONG BUKAIN PINTU INI TOLONG!” Teriak ku meminta tolong. Sementara di kelas. “Bu izin...” Ucap Laras seraya mengangkat tangan kanan nya. Bu Dewi menoleh. “Iya ada apa Laras?” Tanya bu Dewi. “Kok Angel Margetta belum masuk ke dalam kelas sejak tadi istirahat ya?” Tanya Laras balik.

Memang nya tadi Getta kemana?” Tanya nya lagi. “Tadi sih bu, Getta bilang pengen ke toilet tapi kok sampai sekarang Getta belum masuk ke dalam kelas ya bu...” Jawab Laras heran. “Mungkin dia lagi buang air besar, jadi agak lama” Celetuk bu Dewi. Laras hanya ber-o panjang. “Hahahah...Mampus lo !!! Gue kurung di toilet... Lagian berani nya lawan gue !!!” Ucap Stella dalam hati. Bel pulang berbunyi. “Kok sampai pulang si Getta belum kelihatan sih... Ahh mungkin saja dia sudah pulang dari tadi.

Terpaksa aku harus pulang sendirian...” Gumam Laras. Haduh! Kok belum ada yang bukain pintu toilet ini... Mana panas udara nya... Sore pun menjemput ku dalam sore hari. “Lho kok kak Getta belum pulang si ma... Padahal aku mau mengajak nya ke toko peralatan lukis...” Tanya Gerald cemberut. “Yaa mama mana tau...” Jawab mama. Ya allah kemana anak ku ini... Semoga saja tidak terjadi apa apa...

Kring!! Kring!!
Assalamualaikum... Bisa bicara dengan Laras...” Ucap mama ku lewat handphone. “Iya ini dengan saya sendiri... Ooh ini mama nya Getta ya...” Jawab Laras. “Iya ini dengan mama Getta, oh ya Getta pergi main dengan mu tidak? Sampai sekarang belum pulang juga soalnya...” Kata mama ku gelisah. Laras terkejut. Astaghfirallah... Kemana ya si Getta ya allah... “Tadi sih saat di sekolah dia ingin ke toilet tapi saat bel pulang berbunyi dia belum kelihatan, oh ya laptop nya Getta ada di rumah ku ya tante...” Ucap Laras menjelaskan. Mama hanya ber-o panjang. “Yaudah makasih ya Laras, nanti tante coba ke sekolah untuk mengetahui Getta ada dimana... Sekali lagi makasih ya assalamualaikum... Selamat sore..” Salam mama ku lewat handphone seraya menaruh handphone nya ke dalam saku nya.

Gerald... Coba kamu cari kakak mu ke taman dekat kavling disana ya” Perintah mama ku kepada adik ku. Adik ku pun menutup laptop nya dan segera mengambil skateboard nya. “Oke ma... Aku pamit dulu ya assalamualaikum. Saat di taman. “Ahh tuh ada kak Gea dan kak Dea....” Gumam adik ku dan segera menghampiri nya. Gea dan Dea adalah saudara kembar tetapi mereka tidak sekelas dengan ku, hanya Gea saja yang sekelas dengan ku.

Kak Gea, kak Dea, lihat kak Getta ngga? Soalnya semenjak bel pulang berbunyi hingga sekarang, dia belum pulang, lihat ngga kak?” Tanya Gerald. Gea dan Dea hanya menggelengkan kepala nya. “Yaudah makasih ya... Aku pulang dulu... Dadah” Pamit adik ku. Sesampai nya di rumah. “Mama.... Kak Getta ngga ada di taman, tadi aku cuman lihat kak Gea dan kak Dea” Lapor adik ku.
Yaudah sekarang kita ke sekolahan kak Getta aja...” Jawab mama ku seraya bersiap siap untuk ke sekolahan ku. Beberapa menit kemudian Gerald dan mama ku sampai di sekolah. “Pak Surya, ada bu Ani nya ngga pak?” Tanya mama ku. Pak Surya menoleh. “Ooh... ini mama nya Getta ya anak murid kelas VIII.G, ada kok bu Ani nya, mari silahkan masuk...” Jawab pak Surya seraya berjalan menuju ke ruang kepala sekolah.

Ada apa ya bu Rosa...?” Tanya bu Ani penasaran. Mama ku menjelaskan panjang lebar. “Ooh... Begitu cerita nya, dari tadi siang juga saya tidak melihat Getta bu... Hanya saya menemukan secarik kertas di atas meja nya Getta, yaitu surat ancaman untuk Getta...” Ucap bu Ani seraya menunjukkan surat itu kepada mama ku. Akhir nya mama ku, Gerald, dan bu Ani keluar ruangan dan segera mencari ku.
Pak tolong bapak cari Getta lantai 1,2, dan 3 sedangkan saya mencari Getta ke lantai 4 dan gudang...” Perintah bu Ani. “Baiklah bu... Saya laksanakan...” Jawab pak Roy.
Dua jam kemudian. “Hasil nya nihil bu... Getta belum di temukan...” Ucap pak Roy. Bu Ani, mama ku, dan Gerald semakin cemas. “Mama, semua nya kan sudah di periksa... Dan toilet kan belu di periksa, mungkin saja kakak ada di dalam sana, di kunciin oleh seseorang yang membenci kakak atau yang jahil terhadap kakak... Kita mencoba nya dulu saja... Mungkin ketemu...” Ucap Gerald memberi ide.
Ternyata benar perkataan Gerald. Saat mama ku, bu Ani, dan Gerald mendobrak pintu toilet yang di dalam sana ada ku yang tergeletak pingsan karena membuang tenaga untuk mendobrak pintu nya. “ASTAGHFIRALLAH....” Ucap mama menyebut kalimat istighfar. Akhirnya aku pun ditemukan. “Mama... Aku dimana? Gerald mana? Laras mana?” Tanya ku lesu. Mama ku membaringkan ku ke kasur tidur ku. “Kamu di kamar mu sayang, Gerald lagi kerumah Laras supaya Laras kesini jagain kamu.

Hai Getta... Aku akan menginap di rumah mu untuk sementara agar tidak terjadi apa apa lagi terhadap diri kamu...” Ucap Laras senang. Aku tersenyum lebar. Beberapa jam kemudian aku pun kembali sehat seperti semula. “Laras... Melukis yuk dekat kolam renang... Mumpung lagi banyak bintang nya dan cuaca nya ngga mendung...” Ajak ku.

Ayoo... Siapa takut... Nanti kita buat lukisan yang paling indah atau semenerik mungkin, terus kita tukar lukisan agar suatu saat nanti kita bisa mengingat masa masa kecil kita...” Jawab Laras. Aku mengangguk dan turun ke lantai bawah. Saat sedang melukis, tiba tiba tangan ku berhenti melukis. “Ada apa Get...?” Tanya Laras. Aku menoleh. “Seperti nya yang mengunci ku di dalam toilet adalah Stella deh... Soalnya aku curiga dengan gerakan gerakan nya... Waktu aku di kasih surat dan tulisan Stella mirip sekali kan dengan ku...” Ucap ku curiga.

Seperti nya juga sihh... Aku juga curiga, saat aku tanya ke bu Dewi tentang keberadaan kamu, si Stella hanya tersenyum sinis gitu... Dan saat aku melihat dia, dia seperti kaget dan berpura pura membaca buku, padahal kan dia ngga suka baca buku...” Jawab Laras menjelaskan. “Yaudah lah kita lanjut aja lukis nya...” Kata ku. Laras pun mengangguk.

Hari pun menjelang pagi.
Mama... Aku berangkat ya...” Teriak ku dari luar rumah. “Aku juga ya tante... Assalamualaikum...” Pamit Laras. “Iyaa waalaikum salam... Hati hati ya Getta, Laras” Jawab mama dari dalam rumah. Beberapa menit kemudian kami sampai di sekolah. “Hahaha yang enak tidur di dalam toilet... Rasa nya gimana tuhh....” Ejek Stella. “Abaikan saja Gett” Bisik Laras menenangkan. Aku mengangguk dan meletakkan tas di bangku kelas. “Kita turun aja yuk kebawah...Sekalian mau beli cat warna...”Ajak ku kepada Laras. Laras pun mengangguk. “Astaghfirallah, uang ku ketinggalan di tas... sebentar ya aku ambil uang ku dulu... Awas jangan kemana mana...Terus jangan tinggalin aku...” Perintah ku. Laras pun mengangguk. Beberapa menit kemudian.
Yuk... Lanjutt!!!” Ajak ku. Laras yang sedari tadi bengong, dia pun terkejut. “Upss... untung jantung ku ngga copot...” Ucap Laras kaget. “Haduhh kamu lebay dehh...” Canda ku. Kami tertawa bersama. “Lho mama kok ada disini...” Tanya ku. Mama menoleh ke arah ku dan ke arah Laras. “Iya mama kesini mau melaporkan kalau yang mengunci kamu di dalam toilet adalah Stella...” Jawab mama. “Lho dari mana tante tau kalau Stella yang mengunci Getta...?” Tanya Laras. “Tante tidak sengaja mendengar percakapan kamu saat kamu sedang melukis di dekat kolam renang...” Jawab mama menjelaskan.

Kami berdua hanya ber-o panjang. Kami pun pamit untuk naik ke atas. “Assalamualaikum... Panggil di tujukan kepada Stella Carnifornia, di harap ke ruang kepala sekolah sekarang juga...”. Stella terkejut. “WHAT! Gue yang di panggil, pasti gue mau di kasih hadiah karena gue anak terpintar dan terbaik di sekolah...” Kata Stella senang. “Biasa orang bodoh yang ngomong kayak begitu...”Bisik ku kepada Laras.

Di ruang kepala sekolah.
Iya ada apa bu... Mana hadiah nya? Buat saya kan hadiah nya karena saya anak pintar dan baik kan bu?” Tanya Stella cepat. “Berharap nya tinggi banget Stella... Saya memanggil kamu ke ruang ibu, karena kamu sudah mengunci Getta di toilet, sekarang ibu hukum kamu bersihkan lorong lantai satu beserta toilet dan gudang gudang nya...” Perintah bu Ani. “Tapi bu..” Jawab Stella. “TIDAK ADA TAPI TAPI-AN” Ucap bu Ani marah. “Baik bu...” Jawab Stella tertunduk lesu.

Jangan lupa minta maaf kepada Getta, Laras dan orang orang yang udah kamu bikin sakit hati atau bikin mereka minder...” Perintah bu Ani menambahkan. Stella pun mengangguk dan keluar dari ruang kepala sekolah itu.

Setelah Stella meminta maaf kepada orang orang yang telah ia sakiti dan membuat orang orang tersebut minder, dia pun segera meminta maaf kepada aku dan Laras. “Laras aku minta maaf ya sudah buat kamu sedih, minder, benci,sebal, atau apa alah... Aku minta maaf ya, aku menyesal.... Aku begini karena aku ingin berteman dengan kamu dan Getta.... Tapi sayang aku gengsi,, aku egois, aku mohon maaf kan aku, sudah tidak ada lagi yang ingin berteman dengan ku.... Aku mohon...” Isak Stella. “Aku maafkan kamu tapi kamu harus meminta maaf terlebih dahulu kepada Getta... Karena Getta lah yang telah kamu buat dia pingsan di toilet, dan kamu telah memukul dada Getta... Sudah lah sekarang aku ajak kamu ke Getta, dan kamu harus meminta maaf...” Kata Laras. Stella pun mengangguk.

Di kelas.
Getta... Aku minta maaf ya, aku sudah buat kamu sedih, benci,sebal, minder, atau apa lah.... Aku begini karena aku ingin bersahabat dengan mu, tapi sayang aku gengsi, aku egois... Aku mohon maafkan lah aku... Aku sudah tidak punya teman lagi selain kalian, kalian lah harapan ku, kalau kamu mau memukul, atau menendang, atau dendam terhadap ku silahkan aku rela, tetapi maafkanlah aku, aku tulus untun meminta maaf kepada diri mu dan diri mu Laras....Aku mohon, aku menyesal... Please... Aku ingin jadi sahabat kamu... Please...” Tangis Stella. Aku menyuruh dia berdiri. “Sudah lah, aku sudah maafkan mu, kalau kamu ingin bersahabat dengan ku, kamu harus ubah sifat kamu, dan sikap kamu, kata kata kamu, ulah kamu. Tahu ngga aku itu ngga suka orang yang bersifat, bersikap semena mena dan berkata kasar... Karena mama dan papa ku tidak mengajarkan ku seperti itu... Jadi aku mohon kalau kamu ingin jadi sahabat kami berdua, kamu harus bisa ubah semua sifat dan sikap jelek kamu...” Jawab ku panjang lebar.

Baiklah... Terima kasih kalian sudah menerima ku jadi sahabat kalian... Sekali lagi terima kasih ya...” Kata Stella berterima kasih. Sejak Stella bersahabat dengan kami berdua, dia pun berubah drastis sifat, & sikap nya. “Musuh? OH NO!” Teriak ku menyemangat kan sahabat sahabat ku. “Sahabat? Its so yes !” Jawab Laras. Kami pun berpelukan.

Lebih baik mempunyai seribu sahabat tetapi tidak ada musuh, daripada mempunyai lebih dari seribu sahabat tetapi mempunyai musuh... karena musuh akan menganggu hidup kita. “Musuh? Oh No! Sahabat?Its so yes !”