Musuh? Oh No!
Hai!
Perkenalkan nama ku Angel Margetta biasa dipanggil Getta. Aku
memiliki sahabat yang bernama Yunita Larasati biasa dipanggil Laras.
Aku dan Laras mempunyai bakat yang sama lho... yaitu melukis. Kami
kenal satu sama lain sejak kami masih kecil. Aku dan Laras tinggal di
jalan yang sama hanya berbeda blok saja. Aku di blok A sedangkan
Laras di blok C. Ada sahabat pasti ada musuh. Musuh kami berdua di
sekolah adalah Stella Carnifornia. Dia adalah murid baru yang
membenci kami, karena dia tidak senang melihat orang di sekitar nya
punya sahabat.
Entah
karena hal apa, dia berubah drastis dari sifat nya yang kikir,
sombong dan sekarang malah jadi dermawan dan baik hati kepada kami
dan orang orang di sekitar kami. Atau karena dia di hukum oleh bu Ani
(kepala sekolah) karena ulah nya atau karena hal lain, daripada
bengong kita baca cerita ku yuk.. Lets go!
Pagi
hari...
“Mama...
Aku berangkat sekolah ya.. Assalamualaikum” Teriak ku dari luar
rumah. “Iya.. Waalaikum salam, hati hati sayang” Jawab mama
sedikit berteriak. Sebelum aku pergi menuju kesekolah, aku
menghampiri rumah Laras terlebih dahulu. “Assalamualaikum...Laras”
Ucap ku dari depan rumah Laras. “Waalaikum salam... Tunggu sebentar
ya” Jawab nya dari dalam rumah. Beberaa menit kemudian Laras pun
keluar dari dalam rumah nya. “Yuk cabut !!!” Ajak Laras senang.
Aku merasa heran. “Kenapa kamu ras?” Tanya ku penasaran. “Eng...
Engga kok, engga apa apa, cuman merasa senang aja...” Jawab nya
dengan muka memerah.
Sesampai
nya di sekolah...
“Getta,
kok tumben sih ramai?” Tanya Laras kepada ku. 'Entah lah... Yuk
kita lihat sama sama” Jawab ku seraya berlari kecil menuju kelas.
Saat di kelas. “Gea.. Itu siapa? Seperti nya murid baru” Tanya ku
kepada salah satu teman ku di kelas. “Masa kamu ngga tau, dia tuh
murid baru pindahan dari sekolah Internasional School... Dia anak
orang kaya tapi dia sombong ngga kayak kamu, kamu kan orang kaya tapi
kamu baik,,,” Jawab Gea seraya memuji. Muka ku memerah saat Gea
bilang seperti tu kepada ku. “Ihh, kamu bisa aja...” Kata ku
malu.
“Ehhh
sini deh kalian... Gue Stella Carnifornia, gue kan baru dari
Perancis, dan gue beli kalung ini buat kalian... eitsss salah buat
gue maksud nya... Soalnya kalian tuh ngga pantes buat pakai kalung
ini, karena kalian rakyat jelata yang sekolah disini karena
beasiswa...” Ucap Stella sombong dan berkata kasar.
“Upss...
Kalau misalnya kami semua sekolah disini karena beasiswa, berarti
kami smeua pintar dong... NGGA KAYAK LO YANG SERBA PAKAI UANG!! MIKIR
DONG!!!” Kata ku marah. Brak! Meja
di banting oleh Stella. “Yee... Bilang aja lo ngga bisa beli kayak
gue” Jawab nya. Amarah ku semakin naik karena nya. “Kalau
misalnya gue ngga bisa beli berarti gue ngga punya uang, tetapi
kenapa gue bisa beli makan? Hah! JAWAB LO BISA NYA ADU MULUT AJA ! LO
BELUM TAU KALAU GUE MARAH!!!” Teriak ku sebal. Duk!
Pukulan Stella tepat pada muka
ku.
“Getta,
sudah ahh, nanti malah kamu yang di skors” Bisik Laras. Aku pun
menuruti omongan Laras, karena aku tidak suka di skors. Dua jam
berlalu. Bel istirahat pun berbunyi. Aku dan Laras pun menuruni
tangga untuk menuju kantin, karena kelas ku ada di lantai 4 sedangkan
kantin ada di lantai bawah. Tetapi baru saja menuruni tangga pertama,
ada yang memberi secarik kertas kepada ku.
Dan
saat ku lihat dan ku baca surat nya, keringat ku bercucuran dan badan
ku seketika dingin. “Kamu kenapa gett?” Tanya Laras. Aku hanya
menggeleng kepala. Laras pun tersenyum.
Saat
di kantin...
“Getta,
tadi kamu kenapa sihh? Saat kamu di kasih surat, kenapa badan mu jadi
berubah menjadi dingin dan muka kamu pucat, terus keringat mu banyak
banget yang bercucuran...” Tanya Laras lagi. Aku menoleh. “Ngga
apa apa kok... Paling aku lagi sakit...” Jawab ku singkat. Laras
merasa heran. “Ahh sudah lah jangan dipikirkan lagi... Mending kita
beli makan, aku sudah lapar nih” Kata ku cepat. Laras menoleh ke
arah ku. “Betul juga tuh kamu... Yuk !! Lets go !” Jawab nya.
Bel
masuk akhirnya berbunyi.
“Laras,
aku ke toilet bentar ya...Jagain laptop ku” Ucap ku memohon. Laras
mengangguk. Saat di toilet. “Lho kok? Bukan nya toilet yang satu
ini rusak? Ahh abaikan, aku sudah ngga tahan lagi menahan nya”
Gumam ku dalam hati. Krek! Pintu toilet terkunci.”Ahh
lega nya...Lho kok ngga bisa terbuka, TOLONG! TOLONG BUKAIN PINTU INI
TOLONG!” Teriak ku meminta tolong. Sementara di kelas. “Bu
izin...” Ucap Laras seraya mengangkat tangan kanan nya. Bu Dewi
menoleh. “Iya ada apa Laras?” Tanya bu Dewi. “Kok Angel
Margetta belum masuk ke dalam kelas sejak tadi istirahat ya?” Tanya
Laras balik.
“Memang
nya tadi Getta kemana?” Tanya nya lagi. “Tadi sih bu, Getta
bilang pengen ke toilet tapi kok sampai sekarang Getta belum masuk ke
dalam kelas ya bu...” Jawab Laras heran. “Mungkin dia lagi buang
air besar, jadi agak lama” Celetuk bu Dewi. Laras hanya ber-o
panjang. “Hahahah...Mampus lo !!! Gue kurung di toilet... Lagian
berani nya lawan gue !!!” Ucap Stella dalam hati. Bel pulang
berbunyi. “Kok sampai pulang si Getta belum kelihatan sih... Ahh
mungkin saja dia sudah pulang dari tadi.
“Terpaksa
aku harus pulang sendirian...” Gumam Laras. Haduh! Kok
belum ada yang bukain pintu toilet ini... Mana panas udara nya...
Sore pun menjemput ku dalam sore hari. “Lho kok kak Getta belum
pulang si ma... Padahal aku mau mengajak nya ke toko peralatan
lukis...” Tanya Gerald cemberut. “Yaa mama mana tau...” Jawab
mama. Ya allah kemana anak ku ini... Semoga saja tidak
terjadi apa apa...
Kring!!
Kring!!
“Assalamualaikum...
Bisa bicara dengan Laras...” Ucap mama ku lewat handphone. “Iya
ini dengan saya sendiri... Ooh ini mama nya Getta ya...” Jawab
Laras. “Iya ini dengan mama Getta, oh ya Getta pergi main dengan mu
tidak? Sampai sekarang belum pulang juga soalnya...” Kata mama ku
gelisah. Laras terkejut. Astaghfirallah... Kemana ya si
Getta ya allah... “Tadi sih
saat di sekolah dia ingin ke toilet tapi saat bel pulang berbunyi dia
belum kelihatan, oh ya laptop nya Getta ada di rumah ku ya tante...”
Ucap Laras menjelaskan. Mama hanya ber-o panjang. “Yaudah makasih
ya Laras, nanti tante coba ke sekolah untuk mengetahui Getta ada
dimana... Sekali lagi makasih ya assalamualaikum... Selamat sore..”
Salam mama ku lewat handphone seraya menaruh handphone nya ke dalam
saku nya.
“Gerald...
Coba kamu cari kakak mu ke taman dekat kavling disana ya” Perintah
mama ku kepada adik ku. Adik ku pun menutup laptop nya dan segera
mengambil skateboard nya. “Oke ma... Aku pamit dulu ya
assalamualaikum. Saat di taman. “Ahh tuh ada kak Gea dan kak
Dea....” Gumam adik ku dan segera menghampiri nya. Gea dan Dea
adalah saudara kembar tetapi mereka tidak sekelas dengan ku, hanya
Gea saja yang sekelas dengan ku.
“Kak
Gea, kak Dea, lihat kak Getta ngga? Soalnya semenjak bel pulang
berbunyi hingga sekarang, dia belum pulang, lihat ngga kak?” Tanya
Gerald. Gea dan Dea hanya menggelengkan kepala nya. “Yaudah makasih
ya... Aku pulang dulu... Dadah” Pamit adik ku. Sesampai nya di
rumah. “Mama.... Kak Getta ngga ada di taman, tadi aku cuman lihat
kak Gea dan kak Dea” Lapor adik ku.
“Yaudah
sekarang kita ke sekolahan kak Getta aja...” Jawab mama ku seraya
bersiap siap untuk ke sekolahan ku. Beberapa menit kemudian Gerald
dan mama ku sampai di sekolah. “Pak Surya, ada bu Ani nya ngga
pak?” Tanya mama ku. Pak Surya menoleh. “Ooh... ini mama nya
Getta ya anak murid kelas VIII.G, ada kok bu Ani nya, mari silahkan
masuk...” Jawab pak Surya seraya berjalan menuju ke ruang kepala
sekolah.
“Ada
apa ya bu Rosa...?” Tanya bu Ani penasaran. Mama ku menjelaskan
panjang lebar. “Ooh... Begitu cerita nya, dari tadi siang juga saya
tidak melihat Getta bu... Hanya saya menemukan secarik kertas di atas
meja nya Getta, yaitu surat ancaman untuk Getta...” Ucap bu Ani
seraya menunjukkan surat itu kepada mama ku. Akhir nya mama ku,
Gerald, dan bu Ani keluar ruangan dan segera mencari ku.
“Pak
tolong bapak cari Getta lantai 1,2, dan 3 sedangkan saya mencari
Getta ke lantai 4 dan gudang...” Perintah bu Ani. “Baiklah bu...
Saya laksanakan...” Jawab pak Roy.
Dua
jam kemudian. “Hasil nya nihil bu... Getta belum di temukan...”
Ucap pak Roy. Bu Ani, mama ku, dan Gerald semakin cemas. “Mama,
semua nya kan sudah di periksa... Dan toilet kan belu di periksa,
mungkin saja kakak ada di dalam sana, di kunciin oleh seseorang yang
membenci kakak atau yang jahil terhadap kakak... Kita mencoba nya
dulu saja... Mungkin ketemu...” Ucap Gerald memberi ide.
Ternyata
benar perkataan Gerald. Saat mama ku, bu Ani, dan Gerald mendobrak
pintu toilet yang di dalam sana ada ku yang tergeletak pingsan karena
membuang tenaga untuk mendobrak pintu nya. “ASTAGHFIRALLAH....”
Ucap mama menyebut kalimat istighfar. Akhirnya aku pun ditemukan.
“Mama... Aku dimana? Gerald mana? Laras mana?” Tanya ku lesu.
Mama ku membaringkan ku ke kasur tidur ku. “Kamu di kamar mu
sayang, Gerald lagi kerumah Laras supaya Laras kesini jagain kamu.
“Hai
Getta... Aku akan menginap di rumah mu untuk sementara agar tidak
terjadi apa apa lagi terhadap diri kamu...” Ucap Laras senang. Aku
tersenyum lebar. Beberapa jam kemudian aku pun kembali sehat seperti
semula. “Laras... Melukis yuk dekat kolam renang... Mumpung lagi
banyak bintang nya dan cuaca nya ngga mendung...” Ajak ku.
“Ayoo...
Siapa takut... Nanti kita buat lukisan yang paling indah atau
semenerik mungkin, terus kita tukar lukisan agar suatu saat nanti
kita bisa mengingat masa masa kecil kita...” Jawab Laras. Aku
mengangguk dan turun ke lantai bawah. Saat sedang melukis, tiba tiba
tangan ku berhenti melukis. “Ada apa Get...?” Tanya Laras. Aku
menoleh. “Seperti nya yang mengunci ku di dalam toilet adalah
Stella deh... Soalnya aku curiga dengan gerakan gerakan nya... Waktu
aku di kasih surat dan tulisan Stella mirip sekali kan dengan ku...”
Ucap ku curiga.
“Seperti
nya juga sihh... Aku juga curiga, saat aku tanya ke bu Dewi tentang
keberadaan kamu, si Stella hanya tersenyum sinis gitu... Dan saat aku
melihat dia, dia seperti kaget dan berpura pura membaca buku, padahal
kan dia ngga suka baca buku...” Jawab Laras menjelaskan. “Yaudah
lah kita lanjut aja lukis nya...” Kata ku. Laras pun mengangguk.
Hari
pun menjelang pagi.
“Mama...
Aku berangkat ya...” Teriak ku dari luar rumah. “Aku juga ya
tante... Assalamualaikum...” Pamit Laras. “Iyaa waalaikum
salam... Hati hati ya Getta, Laras” Jawab mama dari dalam rumah.
Beberapa menit kemudian kami sampai di sekolah. “Hahaha yang enak
tidur di dalam toilet... Rasa nya gimana tuhh....” Ejek Stella.
“Abaikan saja Gett” Bisik Laras menenangkan. Aku mengangguk dan
meletakkan tas di bangku kelas. “Kita turun aja yuk
kebawah...Sekalian mau beli cat warna...”Ajak ku kepada Laras.
Laras pun mengangguk. “Astaghfirallah, uang ku ketinggalan di
tas... sebentar ya aku ambil uang ku dulu... Awas jangan kemana
mana...Terus jangan tinggalin aku...” Perintah ku. Laras pun
mengangguk. Beberapa menit kemudian.
“Yuk...
Lanjutt!!!” Ajak ku. Laras yang sedari tadi bengong, dia pun
terkejut. “Upss... untung jantung ku ngga copot...” Ucap Laras
kaget. “Haduhh kamu lebay dehh...” Canda ku. Kami tertawa
bersama. “Lho mama kok ada disini...” Tanya ku. Mama menoleh ke
arah ku dan ke arah Laras. “Iya mama kesini mau melaporkan kalau
yang mengunci kamu di dalam toilet adalah Stella...” Jawab mama.
“Lho dari mana tante tau kalau Stella yang mengunci Getta...?”
Tanya Laras. “Tante tidak sengaja mendengar percakapan kamu saat
kamu sedang melukis di dekat kolam renang...” Jawab mama
menjelaskan.
Kami
berdua hanya ber-o panjang. Kami pun pamit untuk naik ke atas.
“Assalamualaikum... Panggil di tujukan kepada Stella Carnifornia,
di harap ke ruang kepala sekolah sekarang juga...”. Stella
terkejut. “WHAT! Gue yang di panggil, pasti gue mau di kasih hadiah
karena gue anak terpintar dan terbaik di sekolah...” Kata Stella
senang. “Biasa orang bodoh yang ngomong kayak begitu...”Bisik ku
kepada Laras.
Di
ruang kepala sekolah.
“Iya
ada apa bu... Mana hadiah nya? Buat saya kan hadiah nya karena saya
anak pintar dan baik kan bu?” Tanya Stella cepat. “Berharap nya
tinggi banget Stella... Saya memanggil kamu ke ruang ibu, karena kamu
sudah mengunci Getta di toilet, sekarang ibu hukum kamu bersihkan
lorong lantai satu beserta toilet dan gudang gudang nya...”
Perintah bu Ani. “Tapi bu..” Jawab Stella. “TIDAK ADA TAPI
TAPI-AN” Ucap bu Ani marah. “Baik bu...” Jawab Stella tertunduk
lesu.
“Jangan
lupa minta maaf kepada Getta, Laras dan orang orang yang udah kamu
bikin sakit hati atau bikin mereka minder...” Perintah bu Ani
menambahkan. Stella pun mengangguk dan keluar dari ruang kepala
sekolah itu.
Setelah
Stella meminta maaf kepada orang orang yang telah ia sakiti dan
membuat orang orang tersebut minder, dia pun segera meminta maaf
kepada aku dan Laras. “Laras aku minta maaf ya sudah buat kamu
sedih, minder, benci,sebal, atau apa alah... Aku minta maaf ya, aku
menyesal.... Aku begini karena aku ingin berteman dengan kamu dan
Getta.... Tapi sayang aku gengsi,, aku egois, aku mohon maaf kan aku,
sudah tidak ada lagi yang ingin berteman dengan ku.... Aku mohon...”
Isak Stella. “Aku maafkan kamu tapi kamu harus meminta maaf
terlebih dahulu kepada Getta... Karena Getta lah yang telah kamu buat
dia pingsan di toilet, dan kamu telah memukul dada Getta... Sudah lah
sekarang aku ajak kamu ke Getta, dan kamu harus meminta maaf...”
Kata Laras. Stella pun mengangguk.
Di
kelas.
“Getta...
Aku minta maaf ya, aku sudah buat kamu sedih, benci,sebal, minder,
atau apa lah.... Aku begini karena aku ingin bersahabat dengan mu,
tapi sayang aku gengsi, aku egois... Aku mohon maafkan lah aku... Aku
sudah tidak punya teman lagi selain kalian, kalian lah harapan ku,
kalau kamu mau memukul, atau menendang, atau dendam terhadap ku
silahkan aku rela, tetapi maafkanlah aku, aku tulus untun meminta
maaf kepada diri mu dan diri mu Laras....Aku mohon, aku menyesal...
Please... Aku ingin jadi sahabat kamu... Please...” Tangis Stella.
Aku menyuruh dia berdiri. “Sudah lah, aku sudah maafkan mu, kalau
kamu ingin bersahabat dengan ku, kamu harus ubah sifat kamu, dan
sikap kamu, kata kata kamu, ulah kamu. Tahu ngga aku itu ngga suka
orang yang bersifat, bersikap semena mena dan berkata kasar... Karena
mama dan papa ku tidak mengajarkan ku seperti itu... Jadi aku mohon
kalau kamu ingin jadi sahabat kami berdua, kamu harus bisa ubah semua
sifat dan sikap jelek kamu...” Jawab ku panjang lebar.
“Baiklah...
Terima kasih kalian sudah menerima ku jadi sahabat kalian... Sekali
lagi terima kasih ya...” Kata Stella berterima kasih. Sejak Stella
bersahabat dengan kami berdua, dia pun berubah drastis sifat, &
sikap nya. “Musuh? OH NO!” Teriak ku menyemangat kan sahabat
sahabat ku. “Sahabat? Its so yes !” Jawab Laras. Kami pun
berpelukan.
Lebih
baik mempunyai seribu sahabat tetapi tidak ada musuh, daripada
mempunyai lebih dari seribu sahabat tetapi mempunyai musuh... karena
musuh akan menganggu hidup kita. “Musuh? Oh No! Sahabat?Its so yes
!”